Selasa, 02 Mei 2017

The Perfect Night



Sinopsis
Menyamar dan melakukan perbuatan ilegal bukanlah keahliannya, namun untuk sebuah tujuan akan Hinata lakukan.
Menjadi gadis pendiam di Sekolah dan menjadi gadis liar di luar sekolah juga bukan keinginannya, Hinata melakukannya bukan tanpa suatu kebetulan, kondisilah yang membuatnya seperti itu.
Ini kisah Hinata dan seorang pemuda bernama Naruto, yang dulu sempat menjadi pujaannya, atau mungkin sampai sekarang masih menjadi pujaannya.
.
.
.
Bab 1
Distrik Chiyoda (suara mesin ketik berbunyi)
Kota lenggang dan sepi, Angin kencang membuat daun pohon mapple berguguran tak tentu arah. Sore hari seperti ni, kota ini kosong tanpa seorang pun yang berniat ke luar rumah. Di sebuah gang sempit dan buntu terlihat dua orang laki-laki yang kelihatannya hampir berumur 30 tahun, bertukar sesuatu di balik jaket hitam milik mereka. Mereka bertukar barang tanpa tahu ada seorang gadis berambut panjang hitam kelam sedang memperhatikan apa yang mereka lakukan dari ujung jalan gang tersebut.
Hinata, panggilan gadis itu, yang menyaksikan pemandangan yang seharusnya tidak biasa baginya hanya menghela nafas panjang lalu berjalan pergi. Ia masih mengenakan pakaian seragam sekolahnya, dengan rok pendek dan kaos kaki panjang yang ia kenakan, nampak tak peduli dengan keadaan sekitarnya. Bagi Hinata, objek yang tadi ia lihat adalah sesuatu yang biasa, dua orang yang tadi bertukar sesuatu yang tak ia ketahui atau mungkin ia ketahui seperti bertukar barang laknat yang membuat ketergantungan itu.
Hinata telah sampai di rumah, membuka pagar rumahnya yang terbuat dari kayu dan duduk di teras rumah sambil melepas sepatunya dan bergegas membuka pintu rumahnya, Hinata dikagetkan dengan seorang gadis kecil berambut coklat panjang yang berdiri sambil menyilangan kedua tangannya di dada.
“Tadaima,” ucap Hinata pelan namun cukup terdengar.
“Sudah pulang kak?” gadis itu bertanya tanpa ada niatan menjawab salam yang Hinata ucapkan terlebih dahulu.
Hinata hanya menghela nafas, lalu mengangguk. Hal seperti menjawab salam, tidak akan ia perdebatkan panjang lebar. Gadis itu, adiknya yang bernama Hanabi hanya akan melakukan hal seperti itu kepada seseorang yang dekat dengannya, tapi tidak akan berani melakukannya pada orang tua mereka.
Hinata melihat ke arah jam dinding yang terpasang, ia pulang telat dan Hanabi tidak menanyakan apapun mengenai keterlambatannya. Gadis itu hanya berlalu pergi ke arah dapur. Hinata ingat, ini sudah waktunya makan malam dan ia belum menyiapkannya.
“Hanabi,”
“ya?” Hanabi berbalik sebelum masuk ke arah dapur.
“Bisa kau siapkan bahan makanannya terlebih dahulu, Setelah mandi, Kakak akan membuatnya. Jangan lupa untuk memotongnya menjadi persegi atau persegi panjang.  Ingat, persegi, bukannya bintang tak beraturan. ”
Hanabi mengangguk sambil cemberut. Hinata hanya menahan tawa, ia ingat saat Hanabi yang disuruhnya memotong wortel dan kentang, malah memotongnya tak beraturan dan acak-acakan yang membuat nafsu makan mereka menghilang. Hanabi bukannya tidak sama sekali ahli di dapur, ia hanya perlu belajar lebih giat lagi. Ya, semenjak ibu mereka dipanggil Tuhan, Hinatalah yang mengurus segala kebutuhan rumah tangga.
.
.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terrarium