Dan cinta itu datang lagi, diam-diam tanpa diketahui.
Seperti sebelumnya, tanpa disadari.
.
.
Langit di siang hari mulai menguning, sepertinya
mentari perlahan mulai turun, menyebarkan cahaya jingga ke seluruh area,
membuatnya tampak indah bagi sang pemilik mata yang memandangnya secara dalam.
Seorang gadis berambut panjang melihat ke arah gerbang
sekolah dari lantai tiga ruang kelasnya. Hinata, nama gadis itu, berdiri di
samping jendela, jendela itu menunjukkan pemandangan depan sekolah. Mata
amethysnya kemudian meneliti jauh-jauh, seperti menunggu seseorang berjalan
melintasi gerbang sekolah.
Tapi pandangannya kemudian mengarah ke bawah, ke
bangku yang berada tepat di sebelahnya. Tasnya masih ada di tempat, benda milik
pemuda itu. Dalam hati Hinata bertanya, pemuda itu tidak mungkin meninggalkannya bukan?
Maksudnya, setidaknya kalau ia ingin langsung pulang, bawalah sekalian
tasnya.
Terkadang, ada semacam pemikiran untuk membuka apa isi
tas itu. Tapi Hinata menggeleng, paling-paling isinya hanya satu buah buku dan
pena. Yah mungkin semacam itu, karena ia pernah memeriksa isi tas Kiba, teman
laki-laki yang sekelas dengannya. Dan isinya hanya itu. Dan lagi, karena
kebiasaan buruk pemuda itu yang belum hilang, malah semakin parah, membolos di
akhir pelajaran sehingga membuatnya menunggunya sampai sore hanya untuk bertemu
dengannya.
Hinata mengalihkan lagi pandangannya ke luar jendela
kayu itu. Berbicara mengenai bertemu, ia jadi teringat percakapannya dengan
Sakura sehingga membawanya kemari.
Saat itu bel sekolah pertanda istirahat telah
berbunyi, teman-teman satu kelas telah pergi entah kemana. Hanya tinggal
dirinya dan Tenten. Ia dan Tenten juga berniat pergi ke kantin sebelum sosok
berambut merah muda muncul di hadapannya dengan tatapannya yang tak biasa.
“Hinata.”Sakura yang ternyata masih berada di tempat
duduknya memanggilnya.
“Aku ingin bicara denganmu.” Lanjut Sakura.
Hinata memandang Sakura heran, tidak biasanya Sakura
terlihat serius. Jadi dirinya hanya berdiri diam, pertanda akan mendengarkan apa
kata Sakura.
Sakura melihat Tenten, yang berada di samping Hinata. Tenten sepertinya mengerti arti tatapan yang
diberikan kepadanya.
“Baiklah-baiklah. Aku pergi, ” Ujar Tenten kemudian
melangkah perlahan keluar dari kelas.
“Kau harus bicara dengan Naruto, Hinata.” Sakura
berkata tanpa basa basi.
“Kenapa?”
Kenapa? Apa tidak ada kata lain yang lebih tepat untuk
merespon. Hinata merasa ingin melempar mulutnya, tentu saja ia tahu apa
sebabnya.
Sakura ingin bicara lagi, namun ada sinar keraguan di
matanya. Hinata hanya menunggu dalam diam.
“Kau tahu, kau tidak harus bersikap seperti ini. Bukan
hanya kau yang merasa terbebani, tapi dirinya juga.”
Hinata rasa, ia tahu apa yang ingin dikatakan Sakura
jadi sebelum Sakura berbicara lebih banyak, dirinya memotong ucapannya. “Aku
tahu.” Ucap gadis berambut panjang berwarna indigo itu.
“Aku akan bicara padanya nanti.”
Dan disinilah dirinya, menunggu seorang pemuda yang
akhir-akhir ini mengganggu pikirannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar