“Devaaaannn.” Mata
devan membuka dalam sekejap. Panggilan dari Sang kakak benar-benar merusak
mimpi indahnya.
Braak. Devan meringis ketika mendengar suara hasil karya
dari pintu kamarnya yang dibuat oleh kakak perempuan satu-satunya itu. Bangun
paginya selalu seperti itu, di awali dengan teriakan dan diakhiri dengan
dobrakan pintu.
Ketika dirinya melihat jam dinding yang terpasang pada
kamar berwarna putih miliknya itu. Kali ini dirinya benar-benar tersenyum
meringis, lebih mirip seperti orang ingin menangis. Jam enam lebih lima puluh.
Devan mengawali pagi harinya yang cerah itu dengan
berlari kencang menuju gerbang sekolah. Nafasnya memburu akibat berlari
kencang, ketika berada di gerbang depan sekolah, Pak Bambang yang berkumis
tebal itu telah menyambutnya dengan tatapan tajam seperti menangkap mangsa yang
telah berhasil di burunya dan Devan
membalasnya dengan cengiran lebar dan keringat sebesar biji jagung yang mulai
menetes dari dahinya.
Pagi yang buruk, batinnya berkata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar