Aku
merelakanmu, Bukan Melarikan diri darimu.
Merelakanmu
adalah langkah pertamaku memantaskan diri.
Untuk kamu yang ku kejar, aku ingin mengucapkan maaf dan
terima kasih. Maaf karena tak cukup baik untuk kamu. Maaf jika selama ini aku
mungkin mengganggumu. Terima kasih karena kamu mengajarkan banyak hal dalam
hidup. Kamu menaburkan banyak warna dalam hidupku, menggores rasa, melukis
luka, menabur rindu juga membangun asa. Untuk itu, aku bersyukur karena kamu
pernah hadir walaupun sesaat. Walaupun sekarang hanya dalam kenangan. Entah itu
untuk yang tak sengaja hadir ataupun yang memang sengaja datang. Aku belajar
banyak hal.
Untuk
kamu yang sempat ku kejar. Aku ingin bercerita sedikit tentangmu. Tentang aku
yang diam-diam memperhatikanmu. Tentang aku yang dalam diam mengagumimu.
Tentang kamu yang memberiku semangat tanpa pernah kamu sadari. Tentu saja kamu
tak pernah tahu karena aku tak pernah mau untuk memberitahukanmu. Ada alasan
tertentu yang membuatku nyaman hanya dengan menatapmu dari jauh.
Namun,
suatu hari seolah ditakdirkan oleh Tuhan, aku bertemu denganmu. Kamu begitu
dekat denganku. Kamu bersisian denganku. Aku ingin menyapa namun tak mampu. Ada
sebuah alasan yang membuatku ragu untuk melakukannya. Tak lain karena fisik dan
penampilanku. Aku merasa malu pada diriku sendiri. Kamu juga bahkan tak
menengok sedikitpun kepadaku. Kamu begitu terasa jauh seperti ada dinding tak
kasat mata yang membatasimu dan aku. Jadi, aku hanya diam seperti pertama kali
bertemu denganmu dulu.
Pada
akhirnya kamu menempuh jalan yang jauh untuk mencapai citamu. Begitupun
denganku yang sekarang tinggal di kota orang untuk sementara waktu. Beberapa
waktu yang lalu, ada sebuah perasaan dimana aku ingin menjadi bagian dari
dirimu. Karena itu aku mencoba untuk menjadi lebih dekat denganmu. Aku mencoba
sekali dan kamu mematahkan semangatku dalam sekejap. Aku memang tak
menyatakannya langsung. Aku hanya ingin pelan-pelan menjadi bagian dari dirimu.
Pelan-pelan namun perlahan pasti menjadi sosok yang berarti dalam pandanganmu.
Setidaknya,
aku ingin memulai dari hal terkecil, dari menjadi temanmu. Setidaknya aku dapat
berada di sampingmu walau hanya sebagai pelipur laramu. Iya, aku tahu kamu
menyatakannya dengan untaian kata yang tak
menyakitkan. Aku tahu kamu tak ingin memberiku harapan. Namun tak
bisakah jika aku hanya menjadi sahabatmu? Aku kecewa karena kamu sepertinya tak
ingin aku hadir menjadi bagian dari hidupmu lebih lama.
Ada
yang bilang ketika seseorang merelakan waktunya untukmu maka ia membagi
sebagian hidupnya yang berharga. Itu artinya kamu tak ingin membaginya
denganku, tak ingin aku menjadi sesuatu yang berharga di matamu. Tapi kamu
tahu, karena kamulah, karena penolakanmu itulah membuatku berpikir apa yang
salah dari diriku. Aku mulai mencari-cari bagian dari diriku yang penuh
kekurangan. Setelah menemukannya, aku menjadi tahu apa yang harus ku perbaiki.
Aku mau dan akan mencoba memperbaiki hal itu. Mungkin butuh waktu yang lama,
tapi aku akan mencobanya.
Sekarang,
jejak-jejakmu hanya tertinggal dalam ingatan. Dulu, kamu tak begini. Saat
pertama kali bertemu, aku ingat kamu dan aku memakai baju dengan warna yang
sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar