Senin, 17 April 2017

Efek Samping dari Kata Yang Buruk

Hari ini... akibat dari perkataan "seseorang" yang tak saya harapkan, membuat saya merasa kesal setengah hari. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Saya sudah bekerja keras, tolonglah hargai sedikit.
Saya bukan orang kaya mbak, kalau mbak berkata semena-mena tanpa melihat kondisi, mbak begitu egois.
Jika Anda meminta tanpa mau membayar terlebih dahulu, Saya bisa mati kelaparan.

Saya bukan Anda. Mengapa Anda tidak mau membayar hanya untuk sebuah tugas dari sekolah padahal rela mendonasikan uang Anda di mall-mall terdekat? di salon-salon ternama? di perawatan kulit yang terkenal?

Saya orang perantauan mbak, rumah saya jauh. Saya jauh dari keluarga. Dan tidak bisa seenak jidat meminta uang kepada keluarga. Saya tahu benar bagaimana kondisi ekonomi keluarga saya. Saya tahu benar... sekalipun ayah selalu berkata kalau dia bisa memenuhi atau setidaknya akan berusaha memenuhi kebutuhan saya, tapi saya tahu kalau itulah yang akan dikatakan setiap orang tua. Orang tua selalu ingin membahagiakan anak. Dan saya pun tidak ingin menyusahkan orang tua.

Hanya karena "dia" membuat saya merasa pusing dan kemudian mencoba menelfon orang tua saya, Bertanya kabar dan kemudian mengatakan keluh kesah saya kepada mereka. Padahal saya akhirnya mengetahui lewat percakapan bahwasanya orang tua saya yang nan jauh disana sedang sakit, tapi saya malah menambah beban. Betapa egoisnya saya, saya hampir sama dengan orang itu. Meskipun begitu, saya akui kalau saya merasa lega dan beban saya terasa menghilang perlahan. Saya hanya tidak tahu siapa yang ingin saya telepon selain orang tua saya.

Hari ini, saya juga belajar satu hal.
Bagaimana anak-anak di kampus begitu tidak menghargai orang tua mereka, well, termasuk saya mungkin. tapi setidaknya saya masih berangkat setiap pagi dan mengerjakan tugas semaksimal mungkin tanpa ingin merepotkan orang lain karena saya ingat tanggung jawab saya.
Meskipun saya tidak memiliki teman yang selalu hadir di smping saya, dikarenakan fisik atau pun penampilan saya, well, it's okay becaus I'm still have my family. Itu lebih dari segalanya.
Tapi hari ini, saya menyaksikan bagaimana beberapa anak laki-laki benar-benar tidak bertanggung jawab. Mereka tidak berangkat ataupun malas, dikarenakan hal yang sepele, tidur siang, tidur yang katanya menyehatkan badan.
Well, tidur memang menyehatkan badan. Tapi akankah setara dengan keringat yang membasahi tubuh orang tuamu, peluh yang menetes dari pelipis mereka yang syarat akan kerja keras. Mereka sepertinya lupa, bahwasanya jikalau saja orang tua mereka tidak peduli, maka, darimana mereka bisa makan ataupun tetap bersekolah?
Setidaknya hadirlah meskipun kamu tidak ingin. Bekerja keraslah meskipun kamu tidak dihargai.
Jatuh bangunlah demi membayar kerja keras orang tuamu. Apakah kamu tidak ingin membuat orang tua mu bangga? Tidak ingin membahagiakan mereka?

Itu yang ingin saya katakan ketika melihat orang-orang seperti mereka. yang hanya bisa saya katakan hanya dalam hati. Saya tahu jikalau Allah mungkin saja telah menutup mata dan hati orang-orang seperti itu.
Well, Allah Maha Tahu, saya serahkan segalanya padanya. 

Minggu, 16 April 2017

Ayah Terbaik

Entah aku harus bersyukur atau bagaimana...
hari ini aku sedikit bahagia karena perhatian dari seseorang...
dan siapa orang itu?
Dia ayahku. karenanya aku merasa masih memiliki seseorang yang berdiri di sampingku.
Di kala orang-orang di sekitar tak peduli, dimana rasa keperdulian begitu minim.

Terkadang, aku lupa kalau aku masih mempunyai keluarga ketika aku jauh dan setumpuk tugas dari kampus memenuhi pikiranku.
Keluargaku mungkin mengkhawatirkanku.
walau mereka tak mengatakannya lewat kata-kata.
seharusnya aku tahu, kalau hanya keluargalah yang akan ikut sedih dan bahagia ketika kamu bahagia.

hari ini, seperti biasa, ayah mengirimkan sebuah pesan singkat yang isinya menanyakanku untuk pulang ke rumah. Jika aku membutuhkan ongkos untuk membuatku pulang.
ini membuat hati kecilku tercubit, terasa teriris-iris karena aku disini tak begitu benar dalam hal belajar.
karena aku sering, atau malah terlalu sering berputus asa. rasanya seperti aku menyia-nyiakan hasil kerja keras orang tuaku. rasanya seperti aku membuang jerih payah mereka.

Tuhan, berikan aku keberanian dan rasa semangat.
Biarkan ilmu yang kupelajari bermanfaat dan membuatku orang yang bisa membuat kedua orangtua mengangkat bahu dengan tegap, merasa bangga dan bahagia.

Terrarium