Selasa, 02 Mei 2017

Ren



Seorang pemuda berumur sekitar belasan tahun terlihat berdiri di depan gerbang belakang sekolah dengan motor yang sedang ia duduki namun telah dimatikan mesinnya. Gerbang berwarna biru di depannya telah tertutup sempurna. Pemuda itu melihat ke arah jam yang terpasang dipergelangan tangannya yang menunjukkan angka tujuh lebih lima belas menit. Pemuda itu menghela napas dalam-dalam. Apa boleh buat, pikirnya. Mungkin hari ini ia dapat membolos. Lagipula, membolos ataupun mengikuti pelajaran adalah hal yang sama baginya. Hal yang sama, karena sekalipun ia mengikuti pelajaran, ia tak benar-benar memperhatikan apa yang disampaikan guru di kelasnya.

Terdengar  suara-suara dari dalam gerbang, pemuda itu baru ingat kalau hari ini hari senin, upacara sedang dilaksanakan. Mungkin itu juga peenyebab mengapa gerbang sekolah ditutup lebih cepat. Pemuda itu menggaruk belakang kepalanya, ia terlambat karena semalam keasyikan menonton bola sampai tengah malam, sebagai hasilnya ia bangun kesiangan hari ini. Pemuda itu memutuskan untuk pergi dari situ, baru saja ia membelokkan motornya, suara gerbang yang digeser mengalihkan perhatiannya. Ada seseorang yang melongokkan kepalanya dari dalam gerbang dan pemuda itu kenal baik dengannya.

“Eh, mau kemana kamu? Sini kamu.” Seorang pria paruh baya berbicara pada pemuda itu dengan mata melotot galak.
“Saya pak?” Ren menunjuk dirinya sendiri dengan ragu. Ia melihat ke sekelilingnya untuk memastikan tidak ada seorangpun di sekitarnya.
“Bawa masuk motormu, matikan mesinnya. Terus gabung sama teman-temanmu disana.” Pria paruh baya berkumis tebal itu memberi perintah.

Ren mengangguk, ia menuntun motornya ke arah parkiran. Setelah itu berjalan ke arah lapangan, dimana semua murid dan guru berkumpul. Tas selempang yang dikenakannya ia taruh di luar lapangan. Lapangan yang digunakan untuk upacara mereka adalah lapangan basket dengan pagar kawat di sekitarnya. Baru saja Ren ingin bergabung dengan teman sekelasnya. Pak Bambang dengan mata galaknya menunjuk ke arah para gerombolan yang berjejer rapi di depan. Ren, tahu itu, gerombolan para anak nakal seperti dirinya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terrarium