Selasa, 02 Mei 2017

Senin pagi



Ku dengar goncangan di tubuhku, lalu suara lirih yang menggumamkan namaku mulai terdengar. "Nin, bangun," Ucap suara itu dan ku jawab hanya dengan gumaman. Ku sadari itu suara ibuku. Suara itu tak terdengar lagi, tetapi berganti dengan tarikan pada jempol kakiku.
"Kak, bangun." Aku mendengar suara adikku samar-samar. Aku berguling ke samping, masih tetap memeluk bantal guling kesayanganku. "Kak," ucapnya sambil menarik-narik kakiku yang berada di ujung kasur.
"iya," Jawabku lirih sambil mencoba bangun. Meski begitu, bola mataku masih begitu berat untuk dibuka, seperti ada lem yang menempel. Setelah beberapa saat, aku masih mengatur nyawaku untuk terkumpul dengan duduk di tepi kasur, kakiku menjuntai tak menyentuh lantai. Ku lirik jam dinding yang berada di kamarku. Pukul lima pagi.
Setelah sholat shubuh, aku mulai terlelap lagi. "sebentar saja," Ucapku dalam hati. Tak lupa untuk memasang alarm handphoneku.
Hari senin, awal yang baru untuk mulai belajar. Hari dimana orang-orang memulai aktivitasnya. Setelah sarapan, aku mulai berpamitan pada kedua orang tuaku. Rutinitas sebelum berangkat sekolah adalah bersalaman, mengecup punggung kedua orang tuaku.
Pintu rumah ku buka, tercium bau tanah bekas hujan semalam. Udara masih sejuk di pagi hari seperti ini. Awal yang bagus untuk menuju niat muliaku. Ku pikir begitu, namun semuanya pupus tatkala roda hitam itu berputar, menyisakan noda coklat pada kaos kaki dan sepatuku.
Setelah tadi membuka pagar rumah dan mengeluarkan motor biru kesayanganku. Aku mulai menaiki motorku, berniat untuk mengendarainya tatkala ku gulirkan mataku tuk melihat mobil putih bergerak di sampingku, yang pada akhirnya meninggalkan noda basah pada bagian kanan sepatuku.
Sialan, ucapku dalam hati. Ingatkan aku untuk meminta maaf pada guru agamaku di sekolah nanti.
Aku tak berniat untuk mencari masalah dengan mobil putih itu, lebih tepatnya pada pemilik mobil putih itu karena ku lihat jam tanganku mulai menunjukkan angka yang membuatku menarik nafas dalam.
Biarkan saja, aku selalu meyakini ada balasan bagi setiap orang yang menyakiti orang lain. Tapi tetap saja, itu menyebalkan bagiku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terrarium