Selasa, 02 Mei 2017

Jatuh cinta itu indah [mayBe]



Jatuh cinta itu indah. Indah bagi sebagian orang yang cintanya terbalaskan. Yang sama-sama katanya mempunyai rasa yang sama, walaupun entah rasa itu akan bertahan untuk berapa lama. Tak ada yang tahu. Namun bagi sebagian orang sebaliknya, jatuh cinta itu menyakitkan. Itu hanyalah pendapat  dari sekian banyak orang yang sedang jatuh cinta, sempat, atau pernah mengalaminya.

Sebenarnya, cinta itu  apa? Bukankah cinta itu aneh? Seperti sebuah misteri yang sulit terpecahkan? Dia datang dan pergi tanpa mengenal waktu. Tanpa tahu tempat. Dia seolah berada di sekitar kita namun nyatanya tak begitu dekat. Seperti mempunyai sekat, seseorang harus menembus dinding itu untuk menemukan cintanya, untuk mengetuk pintu Sang Pemilik hati.

Kita semua tahu, hidup di dunia ini, segalanya mempunyai batas waktu. Dalam hidup, ada hal-hal yang pastinya ingin kau gapai. Entah itu cita atau pun cinta. Orang-orang menginginkan keduanya berjalan seimbang. Seperti sebuah siklus kehidupan, ada fase dimana kita akhirnya harus, akan, atau ingin memiliki seorang pasangan. Tentunya kita menginginkan yang terbaik untuk hidup kita. Namun hidup tak seindah cerita novel yang kamu baca ataupun film yang kamu tonton. Kamu tak tahu bagaimana akhir dari perjalanan cintamu.

Seperti orang pada umumnya, aku juga pernah mengalami hal itu. Aku menyebut ini sebagai salah satu dari sebuah perjalanan dalam hidup. Kisahku mungkin mirip atau berbeda dengan seseorang. Disini aku sebagai pengejar tapi tak cukup mampu untuk mengungkapkan dan berjuang. Setidaknya, aku sempat merasa bahagia walau hanya untuk sesaat.

Ada saat dimana kita akan jatuh hati pada seseorang. Ada saat dimana kita merasakan indahnya dunia hanya milik seorang. Ada saat dimana kita hanya memilih memandang satu orang di antara ribuan insan.
Dan salahku karena pilihanku jatuh padanya.

Boleh aku bercerita sedikit tentangnya? Atau mungkin tentangku? Tentang aku yang diam-diam memperhatikannya. Tentang aku yang dalam diam mengaguminya. Tentang dia yang memberiku semangat tanpa pernah dia sadari. Tentang dia yang tersenyum dan tertawa aneh kepadaku. Tentang dia yang sering menasehatiku tanpa aku sadari.

Tentangku yang mencintainya secara involunter.
Aku ingat hari dimana pertama kali bertemunya. Hari dimana untuk pertama kalinya dia tersenyum padaku. Hari dimana untuk pertama kalinya dia menyapaku dengan hangat. Hari itu dia duduk di depanku, tersenyum lebar menatapku dengan caranya yang dalam pandanganku aneh.

Dia membuatku bersyukur hari itu. Membuatku kembali percaya kalau aku berada di antara orang-orang yang baik. Di tempat itu, aku dan dia berjumpa untuk pertama kalinya. Di tempat itulah, aku dan dia tumbuh dewasa bersama ilmu. Sekolah tahun pertama itu menjadi saksi biksu pertemuanku dengannya untuk hari-hari selanjutnya.

Ketika hari-hari berlalu di makan waktu. Dia menghiasi hariku dengan candaannya yang entah bagaimana membuatku candu. Dia tertawa dan aku hanya tersenyum kecut karena menjadi objek candaannya. Aku sering berdebat dengannya mengenai hal-hal tidak penting. Dia sering menyalahkanku akan hal-hal kecil yang tidak ku lakukan dan aku hanya mendengus sebal padanya. Oleh karena itu, rasanya aku ingin dia menjauh dariku.

Aku juga ingat, dia selalu mengomeliku mengenai tingkahku. Jangan begini, jangan begitu, kalau jalan yang benar jangan seperti zombie begitu. Dalam hati, aku sering mengumpat mengenai tingkahnya itu. Namun baru ku sadari, kalau itu adalah salah satu caranya mengungkapkan perhatian.

Detik-detik berlalu. Aku lupa, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Waktu itu, dia bersama teman-temannya dan kalimat terakhir yang aku ingat tentangnya adalah ketika dia berkata untuk makan makanan yang banyak agar dia suka. Aku hanya mengernyitkan dahi, pesannya itu ambigu karena dia menyatakannya dari kejauhan dan disini ada banyak orang. Tapi firasatku mengatakan kalau kalimat itu ditujukan kepadaku karena tatapan di balik manik hitam itu tertuju padaku walau hanya sekilas.

Entah ini sebuah keberuntungan bagiku atau bukan. Tuhan seolah mengabulkan keinginanku. Aku dan dia, tidak lagi  berada di tempat yang sama. Aku dan dia tak lagi mempunyai waktu yang sama. Kami menempuh jalan yang berbeda. Aku dengan jurusanku dan dia dengan jurusannya. Tahun kedua ini ku jalani dengan sendirian tanpanya, tanpa dia yang sering menggangguku. Namun sebagai gantinya aku menemukan sahabat.
Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa aku sudah berada di tahun terakhir Sekolah Menengah Atasku. Aku tak lagi sering melihatnya. Sudah ku bilang kalau aku dan dia tak lagi di ruang dan waktu yang sama walaupun kami masih berada di ruang lingkup yang sama.

Namun, takdir lagi-lagi mempermainkanku. Saat itu, aku ingin mengembalikan novel yang ku pinjam dari temanku. Aku tahu temanku dan dia berada dalam kelas yang sama, namun aku mencoba memberanikan diri. Entah bagaimana, manik mataku selalu menemukannya terlebih dahulu walaupun dia berada di antara banyak orang. Aku menemukannya, namun ia sedang bersama seorang gadis lain. Sudut hatiku tercubit, entah mengapa rasanya begitu aneh melihatnya lagi setelah sekian lama kali ini. Melihatnya dalam kondisi yang berbeda.

Hatiku berkata untuk berhenti melihatnya dan berlari pergi. Namun nyatanya, saraf parasimpatisku mengambil alih kendali. Dan karena itu hatiku patah. Hatiku berkata, Lihat, dia bersama seorang gadis yang tentunya lebih cantik darimu. Kamu bukanlah apa-apa. Atau sejak awal kamu memang bukanlah siapa-siapa baginya.

Ku rasa, aku tahu apa yang diinginkan hatiku selama ini walaupun dulu, aku menyangkalnya. Mungkin, aku memang pernah menginginkan dia pergi dari hidupku, tapi hanya untuk sementara waktu. Untuk memastikan bahwa dialah yang diinginkan hatiku. Namun setelah waktu memisahkan sekian lama, pada akhirnya aku terlambat. Aku menjadi teringat seutas kalimat.
Kamu akan merasa dia berharga setelah kehilangannya.
Aku rasa kata –kata itu benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terrarium