Story written by : Karizzta
Disclaimer : Hiro Mashima
.
.
Gray
duduk di depan halte bus dengan mata menerawang ke depan. Sepuluh menit, dua
puluh menit, tiga puluh menit tak kunjung beranjak. Kantong plastik yang dia
taruh di dekatnya enggan ia buka. Es
krim yang dia beli di toko supermarket dekat halte pasti sudah mencair.
Gray
tadi merasa lapar sehingga ia akhirnya beranjak dari kamarnya yang nyaman.
Niatnya memakan es krim sambil menunggu bus datang. Tapi bus yang datang lima
menit yang lalu tak ia hiraukan. Pikirannya menerawang jauh.
Entah
kenapa, akhir-akhir ini Gray merasa tengah mencari-cari sesuatu. Lebih tepatnya
sesuatu yang hilang. Tapi apa? Apakah itu sebuah benda atau seseorang?
Gray
memandang langit yang sore ini mendung. Awan terlihat berarak dengan cepat,
saling berkejaran kemudian berkumpul untuk sepakat memilih tempat paling tepat
untuk menurunkan hujan.
Hujan,
pikir Gray dalam hati. Hujan sepertinya tak asing baginya. Bukan, bukan karena
hujan itu bagian dari musim yang memang selalu ada. Tapi Gray merasa ada
sesuatu mengenai dirinya yang berkaitan dengan hujan.
Hujan
itu... seperti identik dengan seseorang. Tunggu... seseorang? Tapi siapa? Gray tidaklah
ingat. Semakin lama ia mencoba mengingat, maka rasa sakit di kepalanya semakin
menjadi. Gray menggelengkan kepalanya pelan. Angin yang menghembuskan hawa
dingin ini sepertinya mulai mengacaukan pikirannya. Benar, gara-gara angin
inilah. Gray hanya akan menyalahkan angin ini untuk saat ini.
~000~
Gray
mengeratkan tali sepatunya dengan cepat. Gray melirik jam di tangannya dan
mendengus. Gray harus memilih berlari untuk sampai ke halte atau dia akan
terlambat datang ke sekolah. Setelah sampai di halte, Gray melihat bus yang
baru saja berhenti kemudian mulai menaikinya.
Gray
menghembuskan nafas lega setelah berhasil sampai di depan kelasnya. Niatnya
akan memasukinya sebelum sebuah suara tak asing ia dengar.
“Hai,
Gray... lama tidak berjumpa. Kau masih hidup rupanya?”
Gray
menengokkan kepalanya kemudian mendecih. Satu-satunya makhluk yang tak ingin
dia temui sekarang malah datang tak diundang. Baru saja ia ingin menanggapi,
manik mata biru gelapnya menangkap seseorang yang berada di samping Leon. Lebih
tepatnya di dekap oleh temannya itu.
Siapa?
Pikir Gray dalam hati. Kenapa wajahnya tidak asing?
“Haloo,
Gray Fullbuster yang mesum. Bagaimana pacar baruku? Cantikkan?” katanya dengan
mengeratkan pelukannya pada lengan gadis itu.
“Tidak
juga,” balas Gray dengan mengalihkan wajahnya.
Ini
aneh, biasanya dirinya akan kesal mendengar candaan Leon, tapi sekarang yang
Gray inginkan hanyalah memandang manik
mata gadis yang berada di depannya. Gadis yang memandangnya dengan cara yang
tak biasa. Seperti ada sesuatu yang ingin di sampaikan gadis itu kepadanya.
Sebelum
sempat menanyakannya, bel tanda masuk telah berbunyi.
“Yo,
Gray, Aku harap kau baik-baik saja, ” Katanya sebelum pergi dari hadapannya.
Sedang gadis itu hanya membungkuk sedikit dengan sopan, tanda dia akan pergi.
Gray
memandang mereka berdua. Melihat mereka yang berjalan beriringan. Gray melihat
punggung gadis berambut pendek itu. Tangan gadis itu tak lagi
bergenggaman
dengan Leon.
Gray
membalikkan punggungnya dan memasuki kelas. Ada Natsu, sahabat bodohnya itu
yang melambaikan tangan kepadanya seperti orang gila. Juga Lucy yang sibuk
membaca buku bersama Levy. Gray hanya bisa tersenyum tipis. Tipis sekali hingga
tak terlihat.
[.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar