Kamis, 18 Oktober 2018

Amnesia


 Story written by : Karizzta
Disclaimer : Hiro Mashima
.
.

Gray duduk di depan halte bus dengan mata menerawang ke depan. Sepuluh menit, dua puluh menit, tiga puluh menit tak kunjung beranjak. Kantong plastik yang dia taruh di dekatnya  enggan ia buka. Es krim yang dia beli di toko supermarket dekat halte pasti sudah mencair.

Gray tadi merasa lapar sehingga ia akhirnya beranjak dari kamarnya yang nyaman. Niatnya memakan es krim sambil menunggu bus datang. Tapi bus yang datang lima menit yang lalu tak ia hiraukan. Pikirannya menerawang jauh.
Entah kenapa, akhir-akhir ini Gray merasa tengah mencari-cari sesuatu. Lebih tepatnya sesuatu yang hilang. Tapi apa? Apakah itu sebuah benda atau seseorang?

Gray memandang langit yang sore ini mendung. Awan terlihat berarak dengan cepat, saling berkejaran kemudian berkumpul untuk sepakat memilih tempat paling tepat untuk menurunkan hujan.

Hujan, pikir Gray dalam hati. Hujan sepertinya tak asing baginya. Bukan, bukan karena hujan itu bagian dari musim yang memang selalu ada. Tapi Gray merasa ada sesuatu mengenai dirinya yang berkaitan dengan hujan.

Hujan itu... seperti identik dengan seseorang. Tunggu... seseorang? Tapi siapa? Gray tidaklah ingat. Semakin lama ia mencoba mengingat, maka rasa sakit di kepalanya semakin menjadi. Gray menggelengkan kepalanya pelan. Angin yang menghembuskan hawa dingin ini sepertinya mulai mengacaukan pikirannya. Benar, gara-gara angin inilah. Gray hanya akan menyalahkan angin ini untuk saat ini.
~000~
Gray mengeratkan tali sepatunya dengan cepat. Gray melirik jam di tangannya dan mendengus. Gray harus memilih berlari untuk sampai ke halte atau dia akan terlambat datang ke sekolah. Setelah sampai di halte, Gray melihat bus yang baru saja berhenti kemudian mulai menaikinya.

Gray menghembuskan nafas lega setelah berhasil sampai di depan kelasnya. Niatnya akan memasukinya sebelum sebuah suara tak asing ia dengar.
“Hai, Gray... lama tidak berjumpa. Kau masih hidup rupanya?”

Gray menengokkan kepalanya kemudian mendecih. Satu-satunya makhluk yang tak ingin dia temui sekarang malah datang tak diundang. Baru saja ia ingin menanggapi, manik mata biru gelapnya menangkap seseorang yang berada di samping Leon. Lebih tepatnya di dekap oleh temannya itu.
Siapa? Pikir Gray dalam hati. Kenapa wajahnya tidak asing?

“Haloo, Gray Fullbuster yang mesum. Bagaimana pacar baruku? Cantikkan?” katanya dengan mengeratkan pelukannya pada lengan gadis itu.
“Tidak juga,” balas Gray dengan mengalihkan wajahnya.

Ini aneh, biasanya dirinya akan kesal mendengar candaan Leon, tapi sekarang yang Gray  inginkan hanyalah memandang manik mata gadis yang berada di depannya. Gadis yang memandangnya dengan cara yang tak biasa. Seperti ada sesuatu yang ingin di sampaikan gadis itu kepadanya.
Sebelum sempat menanyakannya, bel tanda masuk telah berbunyi.

“Yo, Gray, Aku harap kau baik-baik saja, ” Katanya sebelum pergi dari hadapannya. Sedang gadis itu hanya membungkuk sedikit dengan sopan, tanda dia akan pergi.

Gray memandang mereka berdua. Melihat mereka yang berjalan beriringan. Gray melihat punggung gadis berambut pendek itu. Tangan gadis itu tak lagi 
bergenggaman dengan Leon.

Gray membalikkan punggungnya dan memasuki kelas. Ada Natsu, sahabat bodohnya itu yang melambaikan tangan kepadanya seperti orang gila. Juga Lucy yang sibuk membaca buku bersama Levy. Gray hanya bisa tersenyum tipis. Tipis sekali hingga tak terlihat.
 [.]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terrarium