Summary:
Tentang Rina Maharani.
Ketua kelas yang cuek tapi penyayang. Manis di depan guru,
tapi galak sama teman sekelasnya. Diam-diam Rina naksir sama ketua kelas di
kelas sebelahnya, Aldi namanya. Anaknya ganteng, suka menolong dan rajin
ibadah.
Rina sudah kelas 3 SMA. Kalau ditanya cita-citanya? Rina
bakal jawab jadi Astronot dengan ngawurnya.
Suatu ketika, ada rumor yang beredar kalau Aldi itu suka
merokok dan pasang tatto. Rini nggak percaya . Sejak saat itu, Rina mulai
menemukan tujuan hidupnya yang baru.
Menemukan Rahasia Terbesar Aldi. Titik.
Sayup-sayup
lagu klasik bernada sendu itu mulai mengalun di dalam kedai kopi yang
dimasukinya. Aroma pekat kopi yang menguasai udara, suara-suara seduhan kopi,
gemerisik-redam suara penggiling kopi meningkahi suasana kedai yang sepi.
Rina hanya
duduk sambil menunggu pesanannya datang. Bukan, bukan pesanan miliknya
sebenarnya, tapi pesanan milik temannya dan temannya itu sedang pergi ke
toilet. Menitipkan handphone dan juga tas miliknya kepadanya.
Waktu itu Rina sedang melihat melihat foto-foto mereka berdua di handphone itu. Ia tengah mengagumi keindahan panorama pantai yang saat itu menjadi
latar belakang foto mereka berdua tatkala sebuah pesan singkat masuk ke dalam
handphone itu.
Rina yang biasanya
begitu menghargai privasi orang lain, entah mengapa begitu tertarik untuk
melihat isi pesan singkat itu. Padahal biasanya, ia cuek saja kalau ada pesan
yang masuk ke dalam handphone milik temannya itu. Dilihatnya
pengirim pesan yang tanpa nama.
'Say, Aku kangen banget sama kamu.
Janji nonton berdua malam ini jadikan? Love you :*'
Rina merasa begitu
familiar dengan kalimat itu. Keningnya berkerut membaca pesan singkat bernada
mesra itu, seketika perasaan was-was muncul di hatinya. Pikirannya mulai
membuat spekulasi-spekulasi. Kemudian dia menscrool pesan itu ke bawah dan
menemukan jawabannya.
Rina hanya
memandang handphone itu dengan pandangan kosong sebelum sebuah suara
lirih menyadarkannya. Rina memandangnya dengan pandangan datar.
“Rin... ini
nggak seperti yang lo bayangin.”
Itu ketika
Rina mulai beranjak pergi meninggalkan tempat itu tanpa peduli dengan teriakan
yang didengarnya.
Ketika
sampai di rumah, Rina membanting pintu kamarnya dengan keras. Masa bodoh jika
pintu itu rusak di keesokan harinya. Karena bagaimanapun Rina akan merusak
pintu atau bagian lainnya dari furniture di dalam rumah ini. tidak ada
yang akan menegurnya. Rumah ini sepi dan kosong. Sekosong hatinya.
Rina
merebahkan tubuhnya dengan keras diatas kasurnya yang nyaman dengan posisi
terlentang. Rina menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Dia Rina
memejamkan matanya sebentar dan menarik napas dalam.
Getar
dari handphone di saku roknya menyita perhatiannya. Dia ambil handphone
itu kemudian melihat layarnya.
3
panggilan tidak terjawab.
Kemudian
Rina melempar handphone itu disisinya. Dia tidak peduli lagi. Apapun
alasan yang dikatakan oleh orang itu, Rina tidak akan peduli.
Soundractk
dari lagu favoritenya yang menjadi nada dering dari handphone tersebut
lagi-lagi berbunyi.
Geudaereul barabol
ttaemyeon modeun ge meomchujyo
Eonjebuteonji
nado moreugeyeossjyo
Rina hanya melirik
dari sudut matanya dengan datar.
Eoneu nal
kkumcheoreom geudae dagawa
Nae mameul
heundeuljyo
Unmyeongiran geol naneun
neukkyeossjyo
I love you
I love you
Ketika lagu itu telah masuk dalam nada utamanya.
Bullshit! Ujar Rina keras-keras.
Rina mengambilnya kemudian menggantinya nada dering telefonnya
dengan lagu Souljah -
Kuingin Kau Mati Saja.
Sebelum
membanting handphone itu dan menyembunyikan wajahnya dengan bantal
kesayangannnya kemudian mencoba memejamkan matanya lagi. Kali saja ini hanya
mimpi dan dia akan keesokaan harinya semua itu akan kembali seperti sedia kala.
Dan
ketika Rina membuka matanya. Ternyata itu nyata karena terdapat banyak
notifikasi di whatsApp miliknya. Dia buka satu persatu dan Rina membaca kalimat
terakhirnya.
Maaf
Jika
hanya kata maaf dapat menghapus segalanya. Maka hatinya dapat kembali
utuh.
[.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar