Hold
Into Me
.
.
Blurb :
“Love is not
adaptabel, but it is adeshif.”
“So won’t you hold
into me?”
Rere terdiam. Ia bimbang. Antara percaya tidak percaya.
Tapi dapat dipastikan 95% tidak percaya. Kalimat itu keluar dari bibir Haidar!
Sekali lagi, dia Haidar! Cowok jutek yang suka duduk di pojok kelas bahkan
terkadang keberadaannya tak terasa. Lalu bagaimana dengan Arka, cowok keren,
cinta pertamanya?
[.]
Prolog
Tok. Tok.Tok. Suara pintu terketuk
membuat bising di dalam rumah. Aku bangun dari tempat tidurku. Mendudukkan diri
dengan kaki yang menapak pada lantai. Mencoba mengumpulkan kesadaranku setelah
tidur siang. Aku menguap pelan, rasa berat masih terasa pada bola mataku. Aku
menyipitkan mataku untuk melihat jam
dinding. Jarum kecil itu tepat berada pada angka enam, sedang jarum panjangnya
berada di angka dua belas.
Ketukan itu terasa semakin keras.
Hampir-hampir membuat gema di dalam rumah. Aku menuruni tangga karena kamarku
berada di lantai dua. Aku berjaan lamat-lamat, perbuatan yang kusengaja. Tak peduli nantinya, seseorang yang mengetuk
pintu dari luar itu akan merasa marah atau kesal terhadapnya. Ingin rasanya,
nanti kuberikan penjelasan kepada orang itu mengenai adab bertamu.
Aku berjalan menuju pintu depan
rumah. Aku mengernyitkan dahi, berfikir tentang siapa orang yang datang. Pagar
rumah yang terbuat dari besi sepertinya telah kukunci, lalu bagaimana orang ini
dapat masuk, pikirku dalam hati. Ketukan pintu berhenti dan aku membuka pintu
dengan memutar kuncinya. Dengan terkejut, aku menghindarkan diri dari kepalan
tangan yang hampir mengenaiku jikalau aku tidak waspada. Orang ini benar-benar
tidak sabaran.
Aku memandangnya dari atas ke bawah.
Dia laki-laki. Tingginya melebihi diriku. Dia mengenakan setelan jas dan bertopi
hitam. Saat mataku bertemu dengan matanya, aku tersadar. Aku mengenalnya dengan
jelas. Aku tersenyum dan dia membalas dengan delikan tajam. Aku meneguk ludah.
Kupikir orang dihadapanku telah marah padaku sehingga aku menyiapkan wajah
memelasku sebisa mungkin.
“Sorry, ” ucapku sambil menyengir
lebar. Baru kuucapkan satu kata dan dia telah mendekapku dengan erat.
“Aku rindu kamu,” bisiknya pelan. Nafasnya
yang hangat menyapu leherku. Dia menyandarkan kepalanya pada bahuku, memelukku
erat menggunakan kedua lengannya. Seolah-olah tak ingin melepaskan.
Aku
membalasnya dengan melingkarkan kedua tanganku pada pinggangnya, menyelipkan
tangan diantara jas yang dipakainya. Merasakan hangat dan aroma familiar yang kuketahui beberapa
tahun ini. Kemudian setelah beberapa detik, aku melepasnya dan dia merengut.
Aku tak sempat terkikik geli akan
tingkahnya karena setelahnya dia telah melenggang pergi menaiki tangga menuju
kamarku. Aku menggelengkan kepala pelan melihat perilakunya. Dia telah
benar-benar menganggap rumah ini sebagai rumahnya sendiri. Aku menutup pintu
dan menguncinya kembali.
Setelah berada dikamarku, dia
merebahkan dirinya di kasur dengan bantal sebagai landasan kepalanya. Topi dan
jasnya telah dia sampirkan di meja belajarku.Kulangkahkan kakiku pelan dan duduk pada satu-satunya kursi yang ada di
dalam kamar. Kursi yang sepasang dengan
meja belajar. Meja belajar itu berada di sebelah kanan setelah kamarku.
“Kamu sebaiknya tidak tidur disini,”
ucapku padanya melihat dia yang baru
saja menutup mata. Aku mendengar dia mendesah. Kemudian membuka matanya kembali
untuk memandangku yang berada di sisi kanannya.
“Kamu itu suka sekali merusak mimpi
indahku,” katanya pura-pura merajuk. Tapi aku mengetahui kalau dia tidak
benar-benar marah padaku.
“well, I’m sorry sir, but this is
not Hotel. This is my room.” Aku mengucapkannya dengan nada seperti resepsionis
kepada pelanggan yang belum membayar.
“Nanti juga akan menjadi kamarku.”
balasnya dengan nada bangga atau mungkin bahagia. Ada binar di matanya.
Aku menggeleng pelan, “tergantung,”
ucapku. Baru saja aku ingin berdiri, dia menarik sebelah tanganku membuatku
berada di depan wajahnya. Dia masih tidur terlentang, sedang tangan kanannya
dia gunakan untuk menggenggam tangan kiriku, membuatku berada dekat dengan
wajahnya. Oh, sial. Sepertinya aku telah membuatnya benar-benar kesal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar